Polemik Rempang Eco City, Rakyat Lagi yang Terpinggirkan, Banyak ‘Macan’ di Belakangnya

Rakyat Rempang Menolak

Tokoh masyarakat Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau ungkap alasan warga menolak untuk di relokasi pemerintah.

Salah satu tokoh masyarakat Pulau Rempang Sudirman mengaku sudah lama mengetahui tentang proyek strategis nasional pemerintah Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau tersebut.

“Cuma kan yang tidak habis pikir itu, kita pribumi, kita mau di usir dari kampung kita sendiri. Jadi kami selaku masyarakat Rempang Galang ini merasa terusir dari kampung kami sendiri,” katanya di kutip dari laman tvOne.

Menurutnya masyarakat tidak akan pernah melawan pemerintah yang ada di Batam. Bahkan menurutnya masyarakat sangat setuju dengan adanya pembangunan proyek Rempang Eco City tersebut.

“Cuma kami mohon kepada pemerintah, tolonglah perhatikan kami yang ada di Pulau Rempang ini. Kami sangat tidak setuju kalau seandainya kami harus di relokasikan.

Di situ yang agak tidak jalan dengan pemerintah yang ada di Batam maupun di pusat,” tuturnya. Sudirman mengatakan sosialisasi proyek ini di lakukan oleh pemerintah setempat pada April lalu.

Saat itu masyarakat di datangi tim dari BP Batam yang menyampaikan jika mereka harus di relokasi demi pembangunan proyek pemerintah tersebut..

“Jadi kami sebagai warga merasa kaget. Masa kami mau di usir dari rumah kami sendiri? Masa kami harus di usir dari kampung kami? Itu selama ini yang enggak sejalan,” tuturnya.

Bahkan tempat relokasi yang di janjikan oleh BP Batam sendiri belum ada, masih berbentuk hutan belantara. Sementara warga akan di pindahkan ke rumah singgah berupa rumah susun atau rusun di Kota Batam.

“Sebenarnya kami enggak mau pindah dari kampung halaman kami sendiri. Kami juga tidak mau pindah ke rusun dan juga kami tidak mau di relokasikan.

Kami tetap mempertahankan pribumi kampung kami sendiri,” tegas Sudirman.

Sudirman mengatakan masyarakat Rempang mempertanyakan klaim pihak BP Batam yang menyatakan 80 persen masyarakat Rempang sudah setuju untuk di relokasi.

“Ini yang menjadi konflik. Kalau enggak salah tanggal 6 kami di undang ke Hotel Harmoni, tapi warga Kelurahan Rempang Cate dengan Kelurahan Sembulang tak pernah hadir di undangan itu.

Nah yang setuju itu masyarakat yang mana? Itu yang perlu kami ketahui,” tuturnya.

Menurut informasi ada sekitar 10.000 jiwa yang akan di relokasi dari Pulau Rempang. Sudirman menegaskan sejak awal ke 10.000 warga tersebut menolak untuk di relokasi.

Namun selain di relokasi warga Pulau Rempang juga di tawari tanah seluas 500 meter, di bangunkan rumah tipe 45 senilai Rp120 juta per kepala keluarga.

“Tapi kami tak mau di relokasi, kami tidak mau meninggalkan kampung halaman kami. Kami di lahirkan di sana, kakek datuk moyang kami di sana di makamkan semua.

Di situ kami merasa di hilangkan kampung halaman kami, cagar budaya kami di hilangkan semua,” tuturnya.

Sudirman mempertanyakan, apa memungkinkan jika proyek itu tetap berjalan berdampingan dengan kehidupan warga yang ada di sana?

“Kami sangat bermohon belas kasihan dari pemerintah. Bantulah kami menyelesaikan masalah ini, supaya kami tidak di pindahkan.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan