Cerita Pengusaha Kopi Bandung Bawa Produk Tembus Pasar Dunia, Sempat Gagal Panen

Namun juga mencakup penerapan prinsip Environmental, Social, and Government (ESG). Aspek proses produksi, pemberdayaan manusia, pengelolaan limbah, dan inklusivitas menjadi pertimbangan.

Proses kurasi, menurutnya, membuat buyer lebih percaya terhadap produk yang di pasarkan. Sehingga, buyer yang tertarik bisa langsung melakukan dealing.

Ekspor

Saat ini, produksi Kopi Gravfarm sekitar 75% adalah untuk keperluan ekspor dan sisanya bagi pasar lokal.

Pasar luar negeri yang kini berhasil di garap Gravfarm adalah Jepang, Jerman, Belanda, Australia, Belgia, Austria, Belgia, Slovakia, Hungaria, Ceko, Slovakia, dan tentunya Hong Kong.

“Kebutuhannya beragam. Seperti Jepang ekspornya green bean itu langsung ke trader. Kalo yang Hong Kong untuk memasok sektor Horeka.

Ke Hamburg untuk pasar swalayan. Kalau lokal ada dua sistem. Satu di jual di store kami sendiri, juga menjual ke distributor kecil atau reseller,” ucapnya.

Terkait dengan penyelenggaraan BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, Direktur Bisnis Kecil & Menengah BRI Amam Sukriyanto mengungkapkan bahwa ajang yang diselenggarakan BRI ini merupakan wujud nyata kontribusi BRI untuk terus mendampingi pelaku UMKM agar bisa berkembang hingga menembus pasar internasional (go global).

“Apa yang di capai oleh Ibu Lucy menjadi bukti bahwa BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi UMKM Nasional dan bisa menebus pasar global.

Semoga cerita Ibu Lucy menjadi cerita inspiratif yang bisa di replika oleh pelaku UMKM lainnya”, tegasnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan