Tak heran, jika di sekolah prestasi akademiknya bisa di katakan rendah. Setiap kali ada ulangan, hasil yang di dapatkan sangat mengecewakan. Soichiro tak suka membaca, ia lebih suka mempraktekkan langsung apa yang ingin di pelajarinya.
“Nilai saya jelek di sekolah, tapi saya tak bersedih karena dunia saya adalah seputar mesin, motor dan sepeda,” kata Soichiro. Masa kecil Soichiro Honda banyak di habiskan di bengkel sepeda milik ayahnya. Dari sini, ia mulai mengamati cara kerja mesin yang ada di sekitarnya. Seperti mesin pabrik, hingga alat perkebunan di sekelingnya.
Rasa ingin tahunya begitu tinggi di bidang mesin, hingga pada suatu waktu ia melihat ada lowongan pekerjaan di koran lokal, sebagai montir di bengkel Kota Tokyo. Tak butuh pikir panjang, ia segera membuat lamaran dan uniknya langsung di terima bekerja di bengkel mobil tersebut.
Bocah 15 tahun itupun nekat, meninggalkan kampung halaman menuju Kota Tokyo demi mewujudkan impian kecilnya.
Pada 1922, menjadi titik awal perjalanan karir seorang Soichiro Honda. Di hari pertama bekerja, ia sangat antusias memulai pekerjaan sebagai montir.
Bocah Miskin Honda jadi Babby Sitter
Namun, sang pemilik bengkel Yuso Sakakibara malah meragukan dan meminta Soichiro menjadi cleaning service sekaligus sebagai babby sitter atau penjaga anaknya.
Soichiro pun seketika kecewa mendapat perintah sang majikan. Dengan upah seadanya beberapa bulan, Soichiro coba bertahan hidup di kota. Soichiro tetap bertahan dan tak ingin pulang ke desa, karena ia tak ingin gagal dan mengecewakan kedua orang tuanya.
Dengan tekad dan haus akan pengetahuan di bidang mesin, Soichiro terus belajar mengamati pekerja bengkel meskipun dirinya hanyalah seorang cleaning service. Waktu berjalan, Soichiro kemudian di pekerjakan sebagai karyawan kasar untuk membantu para montir di bengkel menyelesaikan pekerjaannya.
Bakat besar dan keuletan Soichiro Honda membuatkan hasil. Kemampuannya mulai menarik perhatian pemilik bengkel, hingga ia pun mendapat kepercayaan sebagai seorang montir di bengkel.
Bukan sekedar persoalan teknis di bidang mesin, Soichiro juga di latih managemen bengkel dari sisi bisnis. Ia mulai mengenal cara kerja pengolahan sebuah bengkel dari sudut bisnis. Bagaimana cara kerja sebuah perusahaan, hingga bagaimana menjalankan bisnis yang baik di pelajarinya dengan baik.
Tak butuh waktu lama, 6 tahun berselang tepatnya pada 1928 di saat usianya menginjak 21 tahun, Soichiro Honda di angkat menjadi kepala bengkel cabang di Kota Hamamatshu.
Ini merupakan kota kelahiran Soichiro Honda. Di tahun pertama, Soichiro yang mengira menjadi satu-satunya bengkel yang ada di kota, malah mengetahui banyak pesaing.
Di tengah persaingan ketat antar bengkel, Soichiro memenangkannya. Saat itu, Soichiro menerapkan rahasia yang membuat pelanggan tak bisa lari dari bengkelnya.
Yakni, ia menerima seluruh keluhan dari pelanggan, ia menyelesaikan semua keluhan pelanggan yang mungkin di tolak bengkel-bengkel lain. Bengkelnya juga berupaya memberi pelayanan secepat mungkin, hingga pelanggan tak butuh waktu lama menunggu kendaraannya di bengkel.

Tinggalkan Balasan