
Rupiah Anjlok: Faktor Penurunan Nilai Tukar di Tengah Antisipasi PCE AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan signifikan pada akhir perdagangan Jumat. Rupiah di tutup anjlok 31 poin atau 0,20 persen menjadi Rp15.455 per dolar AS, dari sebelumnya Rp15.424 per dolar AS. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar menjelang rilis Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Amerika Serikat (AS).
“Rupiah melemah di pengaruhi oleh kenaikan yield obligasi AS menjadi 3,862 dari 3,836 dan data job claim yang lebih rendah dari proyeksi. Pasar juga mengantisipasi data inflasi PCE yang akan baru rilis nanti malam,” ujar Rully Nova, analis Bank Woori Saudara, di kutip dari antaranews dalam wawancaranya di Jakarta pada Jumat, 30 Agustus 2024 .
Rupiah Anjlok: Dampak Data Ekonomi AS dan Permintaan Dolar
Penurunan nilai tukar rupiah tidak hanya di sebabkan oleh ekspektasi terhadap data PCE, tetapi juga oleh data ekonomi AS yang dirilis baru-baru ini.
Data klaim pengangguran awal AS sebesar 213 ribu jauh lebih rendah dari perkiraan 232 ribu, serta data sebelumnya yang mencapai 233 ribu, menambah tekanan pada nilai tukar rupiah.
Selain itu, permintaan dolar AS di dalam negeri turut berperan dalam melemahnya rupiah.
Badan usaha milik negara (BUMN) di Indonesia meningkat melakukan pembayaran utang, yang menyebabkan permintaan dolar AS naik.
Hal ini berkontribusi pada penurunan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, yang melemah ke level Rp15.473 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.409 per dolar AS pada hari Jumat.
Pengaruh Yield Obligasi dan Data Inflasi PCE
Kenaikan yield obligasi AS menjadi slah satu faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Tinggalkan Balasan